M A N A S I K H A J I U M R O H

Berangkat Umrah Dulu, Bayar Setelah Pulang !

Kisah Pencurian Hajar Aswad: Peristiwa Sejarah yang Mengguncang Dunia Islam

Kisah Pencurian Hajar Aswad: Peristiwa Sejarah yang Mengguncang Dunia Islam

Qarmatians (Qaramitah) adalah sebuah sekte Syiah Ismailiyah yang radikal. Mereka muncul pada abad ke-9 di wilayah Arab Timur, terutama di Bahrain dan sebagian dari Irak modern. Kelompok ini terkenal dengan ajaran-ajaran mereka yang bertentangan dengan Islam arus utama dan sering melakukan pemberontakan terhadap otoritas Abbasiyah.

Kisah Pencurian Hajar Aswad: Peristiwa Sejarah yang Mengguncang Dunia Islam

Hajar Aswad adalah salah satu artefak paling suci dan dihormati dalam agama Islam. Batu hitam ini terletak di sudut tenggara Ka'bah di Masjidil Haram, Mekah. Bagi umat Islam, batu ini memiliki nilai spiritual yang sangat tinggi karena melibatkan sejarah panjang mulai dari Nabi Ibrahim hingga Nabi Muhammad. Namun, ada satu peristiwa besar yang pernah mengguncang dunia Islam: pencurian Hajar Aswad pada abad ke-10. Peristiwa ini tidak hanya memengaruhi keyakinan umat Islam tetapi juga mengubah dinamika politik dan sosial di wilayah Arab pada waktu itu.

Dalam artikel ini, kita akan mengulas secara mendalam kisah pencurian Hajar Aswad oleh sekte Qarmatians, dampaknya terhadap dunia Islam, serta bagaimana akhirnya batu ini dikembalikan ke tempat asalnya di Ka'bah.

Latar Belakang Hajar Aswad

Hajar Aswad diyakini oleh umat Islam berasal dari surga. Batu ini ditempatkan di Ka'bah oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, ketika mereka membangun Ka'bah sebagai rumah ibadah untuk Allah. Batu ini awalnya berwarna putih, tetapi menjadi hitam karena dosa-dosa manusia yang menyentuhnya selama berabad-abad. Tradisi Islam mengajarkan bahwa Hajar Aswad tidak memiliki kekuatan mistis, namun mencium atau menyentuh batu ini dianggap sebagai tindakan sunnah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad.

Pada zaman Nabi Muhammad, Hajar Aswad sudah menjadi simbol penting dalam ibadah. Setiap kali umat Islam melakukan thawaf di sekitar Ka'bah, mereka dianjurkan untuk mencium atau menyentuh Hajar Aswad. Hingga kini, batu ini menjadi bagian integral dari ritual haji dan umrah.

Namun, pada awal abad ke-10, peristiwa pencurian Hajar Aswad mengguncang dunia Islam dan menimbulkan ketegangan besar di wilayah Mekah dan sekitarnya.

Siapakah Qarmatians?

Qarmatians (Qaramitah) adalah sebuah sekte Syiah Ismailiyah yang radikal. Mereka muncul pada abad ke-9 di wilayah Arab Timur, terutama di Bahrain dan sebagian dari Irak modern. Kelompok ini terkenal dengan ajaran-ajaran mereka yang bertentangan dengan Islam arus utama dan sering melakukan pemberontakan terhadap otoritas Abbasiyah. Mereka menolak banyak aspek ajaran Islam Sunni dan Syiah lainnya, termasuk haji, yang mereka anggap sebagai kebodohan dan ritual yang sia-sia.

Sekte Qarmatians juga dikenal karena kekejaman dan tindakan mereka yang sangat keras terhadap umat Islam lainnya. Mereka tidak segan-segan menggunakan kekerasan untuk mencapai tujuan politik dan ideologis mereka, termasuk melakukan serangan terhadap kota suci Mekah.

Pencurian Hajar Aswad: Kronologi Peristiwa

Peristiwa pencurian Hajar Aswad terjadi pada tahun 930 M, ketika pemimpin Qarmatians, Abu Tahir al-Jannabi, memimpin serangan terhadap kota suci Mekah. Pada waktu itu, Mekah adalah pusat peribadatan dunia Islam, terutama selama musim haji. Serangan ini terjadi tepat ketika umat Islam sedang melaksanakan ibadah haji.

Dalam serangan yang brutal ini, Qarmatians membantai ribuan jemaah haji yang tidak bersenjata dan menghancurkan banyak bagian dari kota Mekah. Tidak hanya itu, mereka juga melakukan tindakan yang lebih mengejutkan: mereka mencuri Hajar Aswad dari Ka'bah.

Abu Tahir al-Jannabi, yang dikenal dengan sikap anti-hajinya, membawa Hajar Aswad ke markas mereka di Al-Ahsa, Bahrain. Pencurian ini menciptakan kekacauan besar dalam dunia Islam. Bagi umat Islam, kehilangan Hajar Aswad adalah bencana spiritual yang sangat besar, karena batu tersebut memiliki makna religius yang tak ternilai.

Dampak Pencurian terhadap Dunia Islam

Pencurian Hajar Aswad oleh Qarmatians bukan hanya sekadar tindakan perampokan artefak berharga, tetapi juga memiliki dampak yang mendalam terhadap spiritualitas dan keyakinan umat Islam. Kehilangan batu suci ini membuat banyak umat merasa kehilangan kontak dengan salah satu simbol terpenting dalam ibadah mereka.

Selama lebih dari dua dekade, Hajar Aswad tetap berada dalam kendali Qarmatians. Umat Islam di seluruh dunia, terutama di Mekah, mengalami kesulitan untuk memahami bagaimana mereka bisa melaksanakan ibadah haji dan umrah tanpa adanya Hajar Aswad. Batu tersebut adalah titik awal thawaf, dan ketiadaannya membuat ibadah ini terasa tidak lengkap bagi banyak orang.

Selain dampak spiritual, peristiwa ini juga memengaruhi stabilitas politik dan sosial di wilayah Arab. Kekhalifahan Abbasiyah, yang saat itu memerintah di Baghdad, gagal mencegah serangan ini dan tidak mampu mengembalikan Hajar Aswad dengan segera. Hal ini menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintahan Abbasiyah dan melemahkan posisi mereka di mata umat Islam.

Perjalanan Kembalinya Hajar Aswad

Selama lebih dari 22 tahun, Hajar Aswad tetap berada di tangan Qarmatians. Berbagai upaya diplomasi dilakukan oleh Kekhalifahan Abbasiyah dan penguasa Muslim lainnya untuk mengembalikan batu suci tersebut, tetapi semuanya gagal dalam waktu yang cukup lama.

Akhirnya, pada tahun 951 M, setelah bertahun-tahun negosiasi dan tekanan politik, Hajar Aswad dikembalikan oleh Qarmatians ke Mekah. Meskipun rincian pasti tentang motivasi pengembalian ini masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan, ada yang berpendapat bahwa Qarmatians menerima sejumlah besar tebusan dari Kekhalifahan Abbasiyah. Ada juga yang mengatakan bahwa mereka akhirnya dipaksa oleh tekanan politik dan militer dari berbagai kerajaan Muslim.

Namun, ketika Hajar Aswad dikembalikan, kondisinya tidak lagi utuh seperti sebelumnya. Batu tersebut telah pecah menjadi beberapa bagian selama periode pencurian, dan pecahan-pecahan tersebut kemudian direkatkan bersama-sama menggunakan bahan perekat alami dan diletakkan di dalam bingkai perak. Hingga saat ini, Hajar Aswad terdiri dari beberapa pecahan kecil yang dilindungi oleh bingkai perak di sudut Ka'bah.

Pelajaran dari Peristiwa Pencurian Hajar Aswad

Kisah pencurian Hajar Aswad oleh Qarmatians memberikan banyak pelajaran penting, baik dari segi spiritual maupun politik. Pertama, peristiwa ini mengingatkan umat Islam akan pentingnya persatuan dan perlindungan terhadap tempat-tempat suci mereka. Mekah dan Ka'bah adalah simbol persatuan umat Islam dari seluruh dunia, dan serangan terhadapnya menunjukkan betapa rentannya tempat suci ini terhadap ancaman eksternal.

Selain itu, peristiwa ini juga menunjukkan bagaimana kekuatan politik dan agama dapat saling terkait dalam sejarah Islam. Qarmatians menggunakan pencurian Hajar Aswad sebagai alat untuk memprotes sistem haji dan melawan otoritas Abbasiyah. Meskipun mereka akhirnya kalah dalam jangka panjang, peristiwa ini menyoroti betapa pentingnya stabilitas politik dalam menjaga keamanan tempat-tempat ibadah yang suci.

Dari sisi spiritual, peristiwa ini mengajarkan bahwa meskipun simbol-simbol fisik seperti Hajar Aswad memiliki nilai penting, keimanan dan pengabdian kepada Allah tidak bergantung sepenuhnya pada objek fisik. Selama lebih dari dua dekade tanpa Hajar Aswad, umat Islam tetap melanjutkan ibadah haji dan umrah, menunjukkan bahwa esensi dari ibadah ini adalah ketundukan kepada Allah, bukan semata-mata keberadaan batu suci.

Kesimpulan

Pencurian Hajar Aswad adalah salah satu peristiwa paling dramatis dalam sejarah Islam. Selama lebih dari 22 tahun, umat Islam kehilangan salah satu artefak suci mereka, yang menyebabkan ketegangan spiritual dan politik di seluruh dunia Muslim. Meskipun batu tersebut akhirnya dikembalikan, peristiwa ini meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah Islam.

Kisah pencurian Hajar Aswad mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan, keamanan, dan stabilitas dalam menjaga tempat-tempat suci, serta bahwa keimanan kepada Allah tidak tergantung pada benda-benda fisik, melainkan pada niat dan ketulusan hati dalam beribadah.

Paket Haji Dan Umrah

Loading data...

Konsultasi via WhatsApp
Close